Senin, 06 April 2009

Sinopsis Novel


Sinopsis novel Tembang Ilalang

(Novel ini terdiri dari dua bagian)

Bagian Pertama

Bermula dari sebuah desa bernama Kanigoro, nun di bagian selatan Kediri, seorang pemuda datang pada menjelang isya’ di bawah gerimis. Atas saran pamannyalah Asroel menemui Kiai Makoen, tokoh islam di Kanigoro. Singkat cerita Asroel menikah dengan putri semata wayang Kiai Makoen, Roekmini. Dari siniliah kisah mengharu biru novel ini dimulai.

Setahun di Kanigoro, ada kejadian yang memaksa Asroel harus pergi dari Kanigoro sebab kejadian yang sebetulnya tak ia sengaja. Saat ia menemui dukun untuk menolong kelahiran istrinya, ternyata di dukun tengah dalam keadaan sakratul maut terkena tikaman pisau pada dadanya. Mbok semi nama dukun itu, adalah istri Blandong, seorang komunis setempat. Dan sebenarnyalah Blandong sendiri yang membunuh istrinya. Ini kemudian menjadi moment bagi Blandong. Dituduhnya Asroel sebagai pembunuh istrinya. Dalam pertarungan singkat di pagi buta itu Asroel berhasil meloloskan diri. Peristiwa tak berhenti sampai disitu. Belanda turun tangan dan menahan Kiai Makoen, kemudian Roekmini, istri Asroel sebagai jaminan. Disini, kisah Roekmini berhenti untuk sementara.

Alkisah, dalam pelariannya Asroel dan kawan mudanya Siswohadi sampai di Modjokoeto. Rupanya pelarian mereka terendus pula oleh orang merah. Dua malam di Rumah Kiai Achmad, mereka melajutkan pelarian ke dae\erah perkebunan di timur Modjokoeto. Di daerah itu kelak mereka mendirikan sanggar rakjat, sekolah untuk para kuli perkebunan. Dan atas bantuan Stientje, putri tunggal tuan Administratur, mereka mendirikan Langgar dan klinik. Di situ pula mereka bersentuhan dengan seorang sinder jawa yang baru mereka tahu kemudian bahwa Ki Marto, nama sinder jawa itu, adalah seorang komunis tulen yang tengah membangun gerakan di situ. Akibat pergesekan ini pula Siswohadi menemui akhir hayat, Asroel dituduh sebagai penghasut dan kemudian di jebloskan ke tahanan. Orang-orang sanggar rakjat, termasuk Stientje, bergerilya menyusun kekuatan dan berhasil mencegat rombongan Ki Marto yang hendak membawa Asroel. Ki Marto sendiri tewas oleh peluru serdadunya.

Akhirnya Asroelpun pulang ke Kanigoro. Anak yang dulu ditinggalkannya kini telah belajar berjalan. Tetapi kebahagiaan itu hanya sesaat saja. Dengan sepucuk surat Roekmini, ia pergi ke Surabaya mencari istrinya yang di tawan Van Moore, bekas kepala polisi Kediri. Pada episode Surabaya inilah Asoel bersentuhan lagi dengan dunia press, menjadi wartawan di harian Warta Soerabaya yang kemudian di breidel sebab kritikannya yang tajam pada pemerintah. Tjak I-ib, Hooreredacteurnya di tahan. Bersama Tjak I-ib setelah bebas, mendirikan koran baru Khabar Seorabaya dan ia sebagai hoferedacteurnya dan mengganti namanya dengar Oemar Chosjim. Di koran Kabar Soerabaia inilah tulisan-tulisanya mengenai kebobrokan komunis terbit. Tak dinyana perkenalannya dengan Sosrodarsono yang mengaku pengagum tulisan-tulisannya malah menjerumuskannya pada lubang jebakan. Teranglah kemudian bahwa Sosrodarsono adalah agen komintern yang di terjunkan disini kusus buat menangkapnya. Ada hubungan jaringan antara Darsono dan Ki Marto selama di perkebunan dulu. Dalam perjalanan ke Jakarta, Asroel berhasil meloloskan diri dan singgah di Bandoeng, menemui kawan lamanya Soelarto Arij de haan. Bandoeng adalah kenangan lama bagi Asroel, sebab di kota inilah dulu ia berkenalan dengan paham komunis dan pernah menjadi yang di ‘tokohkan’ dalam gerakan itu. Di kota ini pula akhrinya ia bertemu Roekmini, istrinya. Namun tak lama, hanya semalam saja. Sebab anak buah Van Moore berhasil menangkap mereka kembali.

Sekuel Pertama saya tutup dengan moment dramatik, yaitu kejadian tembak menembak antara Soelarto dan Van Moore. Belanda totok itu tewas setelah peluru menembus lehernya. Soelarto selamat dengan luka puluru di dadanya.


Bagian Kedua

Pada naskah kedua, saya mengambil setting masa-masa kedudukan Jepang.

Diawali dengan pulangnya Roekmini ke kampung halaman setelah belasan tahun terpisah dari sanak saudara di kampung. Ia terbebas dari penjara belanda tersebab kenyataan di dudukinya Belanda oleh Nazi-Jerman sehingga posisi Belanda di Indonesia sendiri terpaksa goyah.

Tokoh lain yang muncul kembali adalah Larto, kawan lama Asroel. Didalam perlariannya ini, akhirnya ia bersentuhan dengan Kiai Zaenal Musthofa, pendiri pesantren Sukamanah di Tasikmalaya. Dan gerakannya menjadi nyata begitu jepang benar-benar datang dan merampasi bahan makanan rakyat. Dalam situasi inilah ia memulai petualangannya sebagai penyelundup beras gelap di Jakarta atas bantuan Babe Djoeki, orang betawi. Satu hal penting dari episode sukamanah adalah pemberontakan pesantren itu atas kekuasaan Jepang, sesudah menolak upacara seikerei yang mengubah kiblat kaum muslim dari makkah kepada kaisar Jepang.

Kembali pada nasib Rokmini, dimasa Jepang ini akhirnya iapun mengalami lagi nasib sebagai tawanan. Sampai suatu ketika, bagai dengan gambaran misterius, Larto berhasil membebaskannya walau ia sendiri tertemabak jepang dan kisahnya putus disitu.

Bagaimanakah kisah Asroel? Ternyata sekeluarnya dari penjara di Bandung, ia membentuk laskar rakyat yang bergerilya di hutan-hutan dan menamakan diri laskar ilalang. Di bagian ini saya lukiskan peristiwa 10 Nopember 1945 dalam beberapa bab.

Menginjak tahun 1948, seputar peristiwa PKI-Madiun. Melalui sosok Ismail, putra Asroel dan Roekmini, Saya gambarkan selintas peran anak-anak Pelajar Islam Indonesia (PII) menghadapi gerombolan Muso-Amir. Saya lukiskan kepedihan Roekmini sebagai tawanan pasukan PKI yang diseret dihutan dalam keadaan lelah perjalanan dan buruknya kesehatan. Namun pada ujung peristiwa inilah, sesudah lama menemui kesulitan dalam pencarian masing-masing, Asroel dan Roekmini akhirnya bertemu.